Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Hanindiya dan Toko Buku Bekas

Surat terbuka untuk Hanindiya Halo Hanindiya, surat ini ku tuliskan benar untuk mu. Tidak mengada-ada. Dan yang jelas, akan ku sampaikan apa adanya apa-apa yang harusnya kau tahu. Maaf sebelumnya, jika caranya tidak “gentleman”. Tapi percayalah, jika kau membacanya dengan seksama, kau akan merasakan diriku di dalam tulisan ini. Hanindiya, kau yang aku temukan dengan tidak sengaja di  toko buku bekas langka milikku. Yang saat itu, saat pertama kalinya aku melihat mata indah milikmu yang menghampiriku. Bertanya dan membuat ku tidak karuan karena jantungku berdetak dengan cepatnya. Aku ingat saat itu kau mencari buku lawas yang sebenarnya sudah tidak banyak terbit terjemahannya. Kau mencarinya di toko ku, dan dengan pertama kalinya aku mendengar suara parau mu yang sedikit serak namun lembut. Kau sudah mendapatkannya di toko ku, dua di antara buku yang sudah kau dapatkan dari toko ku merupakan buku favoritku. Yang sudah aku baca berulang kali dan sebenarnya tidak ingin aku jual. T

Bukan Cinta, itu Nafsu (bab 1)

Dahulu kala hidup seorang gadis keturunan Arab yang begitu mempesona, baik perilakunya, dan seorang yang cerdas. Parasnya kadang membuat mata laki-laki terbelalak dan wanita menjadi kurang percaya diri. Namanya Hintun. Hintun tinggi semampai, berparas wajah khas orang timur, hidungnya mancung dengan alis tebal, mata besar yang indah dan rambut hitam panjang yang berkilauan. Suatu ketika temannya datang menghampirinya dan mengatakan "aku mencintaimu. Pacar, aku ikat kamu dengan ikatan itu. Bagaimana Hintun, maukah kamu jadi pacar ku?"  Bagaimana bisa sebut saja Jamal tiba-tiba datang dan mengatakan sesuatu yang gila. Jelas, Hintun menganggapnya sebagai candaan. Di tertawai nya kata-kata Jamal. "Ah Jamal, jaga ucapan mu, kita ini teman. Apa kau gila?" Jamal tidak menyerah, dan tetap melakukan usaha agar mendapatkan hati Hintun. Melalui perhatian, sikap yang baik, perkataan yang lemah lembut, peduli dan peka.  Seorang perempuan akan dibuat luluh ketika mereka di perlak

TATKALA DI SEBUAH PERSIMPANGAN

-II- ~Sebuah puisi yang tidak puitis namun tetap menjadi melodi kata yang di puja-puja~ Kala yang bermula, tatap dirimu dibuat candu Kadang, enggan mengira ini sebuah jalan baru Serat-serat syarat yang tersirat penuh sarat Tak ulung jua adinda peka Dibuat pekat, goblok, dan linglung Tapi adinda senang  Tapi kemudian adinda bimbang kesakitan Ananda jahat, tapi tidak juga Beberapa waktu adinda bilang 'tidak', di lain kata adinda bilang 'iya' Adinda yang kebingungan Tergesa-gesa oleh kalutnya perasaan Ini tidak nyata! Ini tidak nyata! Bagaimana mungkin, sudah terjadi! Ini tidak mungkin! Ini tidak mungkin! Jangan bodoh, sudah ku katakan ini sudah sangat terjadi Terbawa ombak badai asmara yang klise Refleksi menunjukkan bayangan yang sebaliknya  Adinda ke kanan, ananda ke kiri Kita yang hanya bersinggah di se-persekian detik Yang kemudian kembali ke jalannya masing-masing Dan lagi-lagi  Adinda tetap lurus ke arah kanan Ananda tetap lurus ke arah kiri Satu titik pertemuan yan