Langsung ke konten utama

TATKALA DI SEBUAH PERSIMPANGAN

-II-


~Sebuah puisi yang tidak puitis namun tetap menjadi melodi kata yang di puja-puja~



Kala yang bermula, tatap dirimu dibuat candu

Kadang, enggan mengira ini sebuah jalan baru

Serat-serat syarat yang tersirat penuh sarat

Tak ulung jua adinda peka


Dibuat pekat, goblok, dan linglung

Tapi adinda senang 

Tapi kemudian adinda bimbang kesakitan

Ananda jahat, tapi tidak juga


Beberapa waktu adinda bilang 'tidak', di lain kata adinda bilang 'iya'

Adinda yang kebingungan

Tergesa-gesa oleh kalutnya perasaan


Ini tidak nyata! Ini tidak nyata!

Bagaimana mungkin, sudah terjadi!

Ini tidak mungkin! Ini tidak mungkin!

Jangan bodoh, sudah ku katakan ini sudah sangat terjadi


Terbawa ombak badai asmara yang klise

Refleksi menunjukkan bayangan yang sebaliknya 

Adinda ke kanan, ananda ke kiri

Kita yang hanya bersinggah di se-persekian detik

Yang kemudian kembali ke jalannya masing-masing


Dan lagi-lagi 

Adinda tetap lurus ke arah kanan

Ananda tetap lurus ke arah kiri

Satu titik pertemuan yang memisahkan kita selamanya

Sebuah kisah penghantar bagi cucu-cucu masing-masing dari kita


Andai, 

Ah, tidak mungkin

Takdir tidak pernah melewatkan itu

Takdir sudah pernah singgah melewati kita

Takdir juga yang memisahkan kita


.

.

.


Thank's for coming to my blog ✊🏻

Hadid

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bercinta dengan Jin Rasanya…

Desclaimer Cerita ini merupakan karangan penulis yang diambil dari kisah nyata seorang teman yang sudah di ilustrasikan dengan tambahan karangan cerita fiksi! _____________________________________________________________ ____________________               Saat malam suntuk, seluruh tubuh tidak bertenaga karena dikerah habiskan seharian di kampus mengerjakan tugas, menyusun laporan, membuat agenda, dan mengadakan rapat dengan organisasi. Rasanya badan ini hanya ingin benar-benar bersentuhan dengan kasur secepat mungkin.             Cepat-cepat ingin pulang ke kosan, waktu menunjukkan angka sebelas malam. Menunggu ojek online yang sebentar lagi tiba. Haduh, cepatlah Pak, rasanya lelah sekali seharian ini. Antar saya pulang, jika perlu berkebut-kebut dijalanan sampai saya tiba-tiba sudah didepan pagar kos.             Butuh waktu limabelas menit untuk tiba di kosan. Buka pintu pagar, kunci lagi, buka pintu kamar, tutup, kunci, menyalakan lampu, dan ahhh kasur buluk ku. Walaupun

Jangan Berhenti, Bacalah Ini

“Jika suatu hari wajahku membuatmu malas memandangku lagi, tingkahku membuatmu kesal, dan segalanya tentang diriku tidak lagi membuatmu merasa bahagia. Ingatlah bahwa dulu kau pernah sangat amat mencintaiku dan ego mu tidak pernah lebih besar daripada cinta yang pernah kau berikan untukku.” ————————— Waktu terasa padat juga singkat rasa-rasanya jika berada di suatu suasana yang membuat nyaman sekujur badan. Menjulurkan tulang-tulang kelelahan di atas kasur lapuk bersama kekasihku lalu berpelukan. Merasakan hangat dan bau badannya yang membekas di saraf otak.Tatap matanya dari dekat ditengah remang-remang lampu templok yang mengisi cahaya malam di dalam kamar pengap. Semua itu nyatanya tidak buruk dan tidak menjadi persoalan. selagi selalu ditemani dan selalu merasa cukup dengan kebahagiaan kecil di dalam rumah gubuk pinggir sungai. Rasanya akan menjadi kisah yang mengasyikan. Orang bilang hidup tidak hanya persoalan cinta. Memang betul. Materi juga perlu diperhatikan bukan? Cinta itu u

Rumah Tanpa Atap

-Cukupkanlah dirinya untuk membuatku ikhlas dalam mencinta- Ketika indra tak dapat menipu perasaan. Matanya selalu mengatakan "tidak ada yang dapat ku lakukan selain untuk menyayangimu".   Merasakan betapa nikmat dan bersyukurnya diri ini untuk selalu memandangi wajahnya yang rupawan. Di dalam ceritaku, tidak ingin ada kata bosan untuknya. Hanya ingin bersyukur sebesar-besarnya. Memang benar, rindu yang hebat tidak dapat terbalaskan kecuali dengan menyentuhnya, memeluknya erat hingga tercium aroma khas tubuhnya.  Bagaikan hari esok, penuh penantian dengan harapan-harapan baik. Jiwanya telah terpaut dengan jiwaku sedemikian rupa eratnya. Mimpi dan cita-cita yang satu padu memenuhi imajinasi tak terhingga untuk menjadikannya nyata. Sungguh nikmatnya cinta itu. Nikmatnya mencintai setiap bagian terkecil dari dirinya.  Dalam sujud, doa tak henti-hentinya ku panjatnya untuk keselamatannya.  Karena Menunggunya pulang adalah harapan. Mendengarkan ceritanya adalah hal yang menyenangk