Langsung ke konten utama

Bukan Cinta, itu Nafsu (bab 1)

Dahulu kala hidup seorang gadis keturunan Arab yang begitu mempesona, baik perilakunya, dan seorang yang cerdas. Parasnya kadang membuat mata laki-laki terbelalak dan wanita menjadi kurang percaya diri. Namanya Hintun. Hintun tinggi semampai, berparas wajah khas orang timur, hidungnya mancung dengan alis tebal, mata besar yang indah dan rambut hitam panjang yang berkilauan.


Suatu ketika temannya datang menghampirinya dan mengatakan "aku mencintaimu. Pacar, aku ikat kamu dengan ikatan itu. Bagaimana Hintun, maukah kamu jadi pacar ku?" 


Bagaimana bisa sebut saja Jamal tiba-tiba datang dan mengatakan sesuatu yang gila. Jelas, Hintun menganggapnya sebagai candaan. Di tertawai nya kata-kata Jamal. "Ah Jamal, jaga ucapan mu, kita ini teman. Apa kau gila?"


Jamal tidak menyerah, dan tetap melakukan usaha agar mendapatkan hati Hintun. Melalui perhatian, sikap yang baik, perkataan yang lemah lembut, peduli dan peka. 


Seorang perempuan akan dibuat luluh ketika mereka di perlakuan layaknya seorang wanita yang semestinya. Di perhatikan, di perdulikan, di dengarkan, di puji, dan jelas di perlakuan dengan baik. 


Jamal menjadi kekasih Hintun. Dua sejoli yang selayaknya memang bersanding sebagai sepasang kekasih. 


Jamal, tinggi kurus, berkumis tipis, rambut hitam bergelombang, dan tampan resmi menjadi pacar Hintun. 


Mereka melewati hari-hari indah, dan kadang kala di terpa keributan kecil. Tapi itu tidak masalah. 

Lima bulan kemudian, bencana yang tidak terpikirkan datang. 


"Jamal, maaf kita sudahi semuanya. Ada sesuatu yang menarikku untuk tidak melanjuti hubungan ini" kata Hintun datar.


"Bicara apa Sayang? Kamu sedang lelah ya? Aku sayang padamu, kau tahu itu Hintun" 


"Maka nikahilah aku Jamal"


"Bagaimana bisa? Aku tidak cukup harta untuk menikahimu, tidak cukup harta untuk menafkahimu, dan kita masih muda Hintun" 


"Aku tunggu hingga kamu mampu meminangku Jamal" kata Hintun hampir menangis. 


"Berikan aku alasan kenapa kamu berkata demikian soal hubungan kita sayang, tolong katakan dengan jelas"


"Jamal, aku baru menyadari, apa yang sudah kita lewati selama lima bulan terakhir adalah bukan soal cinta"


"Kenapa begitu sayang" kata Jamal heran.


"Cukup memanggil ku dengan sebutan sayang Jamal. Semua itu hanya nafsu belaka. Jika kau benar cinta padaku, tidak akan mungkin dirimu sudi menjatuhkan harga diriku sebagai perempuan. Tidak sudi kau menyentuhku yang tidak halal ini. Tidak sudi juga kau memandangku dengan nafsu mu itu!" 


"Sudah cukup jelaskah Jamal?" Tanya Hintun menangis. "Maaf Jamal, aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku mulai menyadarinya semenjak aku kehilangan siapa diriku sebenarnya. Hilangnya martabatku sebagai seorang perempuan. Hilangnya kesucianku karna kau!"


"Hintun, tolong jangan menangis. Maaf Hintun. Tapi aku benar menyayangimu, sungguh"


"Kau ingat saat itu? Saat kita diuji dengan keberadaan kita yang hanya berdua saja. Kau hampir menodaiku dengan nafsu syahwatmu atasku Jamal. Dari situ aku tidak berhenti berfikir, bahwa dari awal aku sudah salah mengartikan sikapmu yang baik kepadaku. Yang seharusnya tidak aku izinkan kau hanya menjadi pacarku Jamal. Yang juga dimana aku membuka gerbang mudharot yang lebih banyak antara kita" 


"Maaf Hintun, aku khilaf. Aku berjanji tidak akan mengotori dirimu. Percaya padaku Hintun" Jamal memohon. 


"Tidak akan aku biarkan kau menyentuhku Jamal, hingga kau benar-benar mencintaiku bukan menafsukan diriku"


"Temuilah orangtuaku jika kau sudah siap untuk memperistriku" kata Hintun.


"Maukah kamu menunggu hingga aku benar-benar siap Hintun, bisakah kau tidak menerima yang lain, dan tetap padaku?"


"Dengan izin Tuhan, aku menunggumu Jamal. Sungguh aku juga mencintaimu. Berikan diri kita masing-masing waktu untuk berbenah dan memperbaiki diri. Kau ingat Jamal, jodoh yang baik adalah cerminan diri sendiri. Jika kau benar inginkan aku, maka perbaikilah dirimu, dan aku juga akan memperbaiki diriku sendiri Jamal" kata Hintun.


"Bagaimana jika itu mengambil waktu yang lama Hintun, bagaimana jika dua, tiga, lima, atau sepuluh tahun lagi" 


"Dengan izin Tuhan, aku tidak mencari yang lain, tidak menerima yang lain, dan tetap padamu jika kau benar inginkan aku menjadi pasangan halalmu Jamal" kata Hintun.


"Dengan izin Tuhan, tunggulah aku Hintun. Semoga kau benar jodohku"


"Semoga Jamal"


"Hintun, sungguh ini menyakitkan, tapi aku tidak bisa memaksamu. Untuk itu aku minta maaf atas khilafnya perlakuan ku padamu. Jagalah dirimu Hintun" 


"Mintalah maaf kepada Tuhan Jamal. Dia maha pemaaf, semoga dengan menyadari kesalahan kita berdua Tuhan meridoi kita menuju jalan yang baik" kata Hintun. 


Mereka tidak bertemu, dan menjalankan apa yang sudah mereka sepakati berdua. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bercinta dengan Jin Rasanya…

Desclaimer Cerita ini merupakan karangan penulis yang diambil dari kisah nyata seorang teman yang sudah di ilustrasikan dengan tambahan karangan cerita fiksi! _____________________________________________________________ ____________________               Saat malam suntuk, seluruh tubuh tidak bertenaga karena dikerah habiskan seharian di kampus mengerjakan tugas, menyusun laporan, membuat agenda, dan mengadakan rapat dengan organisasi. Rasanya badan ini hanya ingin benar-benar bersentuhan dengan kasur secepat mungkin.             Cepat-cepat ingin pulang ke kosan, waktu menunjukkan angka sebelas malam. Menunggu ojek online yang sebentar lagi tiba. Haduh, cepatlah Pak, rasanya lelah sekali seharian ini. Antar saya pulang, jika perlu berkebut-kebut dijalanan sampai saya tiba-tiba sudah didepan pagar kos.             Butuh waktu limabelas menit untuk tiba di kosan. Buka pintu pagar, kunci lagi, buka pintu kamar, tutup, kunci, menyalakan lampu, dan ahhh kasur buluk ku. Walaupun

Jangan Berhenti, Bacalah Ini

“Jika suatu hari wajahku membuatmu malas memandangku lagi, tingkahku membuatmu kesal, dan segalanya tentang diriku tidak lagi membuatmu merasa bahagia. Ingatlah bahwa dulu kau pernah sangat amat mencintaiku dan ego mu tidak pernah lebih besar daripada cinta yang pernah kau berikan untukku.” ————————— Waktu terasa padat juga singkat rasa-rasanya jika berada di suatu suasana yang membuat nyaman sekujur badan. Menjulurkan tulang-tulang kelelahan di atas kasur lapuk bersama kekasihku lalu berpelukan. Merasakan hangat dan bau badannya yang membekas di saraf otak.Tatap matanya dari dekat ditengah remang-remang lampu templok yang mengisi cahaya malam di dalam kamar pengap. Semua itu nyatanya tidak buruk dan tidak menjadi persoalan. selagi selalu ditemani dan selalu merasa cukup dengan kebahagiaan kecil di dalam rumah gubuk pinggir sungai. Rasanya akan menjadi kisah yang mengasyikan. Orang bilang hidup tidak hanya persoalan cinta. Memang betul. Materi juga perlu diperhatikan bukan? Cinta itu u

Rumah Tanpa Atap

-Cukupkanlah dirinya untuk membuatku ikhlas dalam mencinta- Ketika indra tak dapat menipu perasaan. Matanya selalu mengatakan "tidak ada yang dapat ku lakukan selain untuk menyayangimu".   Merasakan betapa nikmat dan bersyukurnya diri ini untuk selalu memandangi wajahnya yang rupawan. Di dalam ceritaku, tidak ingin ada kata bosan untuknya. Hanya ingin bersyukur sebesar-besarnya. Memang benar, rindu yang hebat tidak dapat terbalaskan kecuali dengan menyentuhnya, memeluknya erat hingga tercium aroma khas tubuhnya.  Bagaikan hari esok, penuh penantian dengan harapan-harapan baik. Jiwanya telah terpaut dengan jiwaku sedemikian rupa eratnya. Mimpi dan cita-cita yang satu padu memenuhi imajinasi tak terhingga untuk menjadikannya nyata. Sungguh nikmatnya cinta itu. Nikmatnya mencintai setiap bagian terkecil dari dirinya.  Dalam sujud, doa tak henti-hentinya ku panjatnya untuk keselamatannya.  Karena Menunggunya pulang adalah harapan. Mendengarkan ceritanya adalah hal yang menyenangk