Dahulu kala hidup seorang gadis keturunan Arab yang begitu mempesona, baik perilakunya, dan seorang yang cerdas. Parasnya kadang membuat mata laki-laki terbelalak dan wanita menjadi kurang percaya diri. Namanya Hintun. Hintun tinggi semampai, berparas wajah khas orang timur, hidungnya mancung dengan alis tebal, mata besar yang indah dan rambut hitam panjang yang berkilauan.
Suatu ketika temannya datang menghampirinya dan mengatakan "aku mencintaimu. Pacar, aku ikat kamu dengan ikatan itu. Bagaimana Hintun, maukah kamu jadi pacar ku?"
Bagaimana bisa sebut saja Jamal tiba-tiba datang dan mengatakan sesuatu yang gila. Jelas, Hintun menganggapnya sebagai candaan. Di tertawai nya kata-kata Jamal. "Ah Jamal, jaga ucapan mu, kita ini teman. Apa kau gila?"
Jamal tidak menyerah, dan tetap melakukan usaha agar mendapatkan hati Hintun. Melalui perhatian, sikap yang baik, perkataan yang lemah lembut, peduli dan peka.
Seorang perempuan akan dibuat luluh ketika mereka di perlakuan layaknya seorang wanita yang semestinya. Di perhatikan, di perdulikan, di dengarkan, di puji, dan jelas di perlakuan dengan baik.
Jamal menjadi kekasih Hintun. Dua sejoli yang selayaknya memang bersanding sebagai sepasang kekasih.
Jamal, tinggi kurus, berkumis tipis, rambut hitam bergelombang, dan tampan resmi menjadi pacar Hintun.
Mereka melewati hari-hari indah, dan kadang kala di terpa keributan kecil. Tapi itu tidak masalah.
Lima bulan kemudian, bencana yang tidak terpikirkan datang.
"Jamal, maaf kita sudahi semuanya. Ada sesuatu yang menarikku untuk tidak melanjuti hubungan ini" kata Hintun datar.
"Bicara apa Sayang? Kamu sedang lelah ya? Aku sayang padamu, kau tahu itu Hintun"
"Maka nikahilah aku Jamal"
"Bagaimana bisa? Aku tidak cukup harta untuk menikahimu, tidak cukup harta untuk menafkahimu, dan kita masih muda Hintun"
"Aku tunggu hingga kamu mampu meminangku Jamal" kata Hintun hampir menangis.
"Berikan aku alasan kenapa kamu berkata demikian soal hubungan kita sayang, tolong katakan dengan jelas"
"Jamal, aku baru menyadari, apa yang sudah kita lewati selama lima bulan terakhir adalah bukan soal cinta"
"Kenapa begitu sayang" kata Jamal heran.
"Cukup memanggil ku dengan sebutan sayang Jamal. Semua itu hanya nafsu belaka. Jika kau benar cinta padaku, tidak akan mungkin dirimu sudi menjatuhkan harga diriku sebagai perempuan. Tidak sudi kau menyentuhku yang tidak halal ini. Tidak sudi juga kau memandangku dengan nafsu mu itu!"
"Sudah cukup jelaskah Jamal?" Tanya Hintun menangis. "Maaf Jamal, aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku mulai menyadarinya semenjak aku kehilangan siapa diriku sebenarnya. Hilangnya martabatku sebagai seorang perempuan. Hilangnya kesucianku karna kau!"
"Hintun, tolong jangan menangis. Maaf Hintun. Tapi aku benar menyayangimu, sungguh"
"Kau ingat saat itu? Saat kita diuji dengan keberadaan kita yang hanya berdua saja. Kau hampir menodaiku dengan nafsu syahwatmu atasku Jamal. Dari situ aku tidak berhenti berfikir, bahwa dari awal aku sudah salah mengartikan sikapmu yang baik kepadaku. Yang seharusnya tidak aku izinkan kau hanya menjadi pacarku Jamal. Yang juga dimana aku membuka gerbang mudharot yang lebih banyak antara kita"
"Maaf Hintun, aku khilaf. Aku berjanji tidak akan mengotori dirimu. Percaya padaku Hintun" Jamal memohon.
"Tidak akan aku biarkan kau menyentuhku Jamal, hingga kau benar-benar mencintaiku bukan menafsukan diriku"
"Temuilah orangtuaku jika kau sudah siap untuk memperistriku" kata Hintun.
"Maukah kamu menunggu hingga aku benar-benar siap Hintun, bisakah kau tidak menerima yang lain, dan tetap padaku?"
"Dengan izin Tuhan, aku menunggumu Jamal. Sungguh aku juga mencintaimu. Berikan diri kita masing-masing waktu untuk berbenah dan memperbaiki diri. Kau ingat Jamal, jodoh yang baik adalah cerminan diri sendiri. Jika kau benar inginkan aku, maka perbaikilah dirimu, dan aku juga akan memperbaiki diriku sendiri Jamal" kata Hintun.
"Bagaimana jika itu mengambil waktu yang lama Hintun, bagaimana jika dua, tiga, lima, atau sepuluh tahun lagi"
"Dengan izin Tuhan, aku tidak mencari yang lain, tidak menerima yang lain, dan tetap padamu jika kau benar inginkan aku menjadi pasangan halalmu Jamal" kata Hintun.
"Dengan izin Tuhan, tunggulah aku Hintun. Semoga kau benar jodohku"
"Semoga Jamal"
"Hintun, sungguh ini menyakitkan, tapi aku tidak bisa memaksamu. Untuk itu aku minta maaf atas khilafnya perlakuan ku padamu. Jagalah dirimu Hintun"
"Mintalah maaf kepada Tuhan Jamal. Dia maha pemaaf, semoga dengan menyadari kesalahan kita berdua Tuhan meridoi kita menuju jalan yang baik" kata Hintun.
Mereka tidak bertemu, dan menjalankan apa yang sudah mereka sepakati berdua.
Komentar
Posting Komentar