MERAH
Dia merekah saat semua orang tertidur lelap, diam-diam mengembangkan bunganya lebih indah dari hari ke hari. Dia cantik, merona dan bersih di terpa embun pagi.
Gelap menuju fajar yang hangat membuatnya merekah lebih indah, bermerah-merah delima bak perawan kerajaan.
Aku sungguh ingin memilikinya, tapi, dia si rupawan nan indah tidak mungkin mati hanya karna kesenanganku atasnya.
Kepemilikan tidak membuatnya semakin hidup, malah, aku menghancurkannya dalam sekali tarik.
Duhai yang di ingini banyak kaum, jagalah dirimu, tetaplah ditempatmu semestinya, berlenggak lenggok pamer kecantikanmu, kau memang untuk menyenangkan mata yang melihatmu. Wangi mu bak surga firdaus dari jarak sekian dan sekian.
Maafkan jika aku sempat ingin mematikanmu.
Merah, saat tiba waktunya, kau akan mati dengan takdirmu sendiri, aku harap matimu tidak membawa duka untuk semua. Akan pasti muncul merah yang lain, yang indah, merona, dan tentunya merah yang cantik.
Komentar
Posting Komentar