Langsung ke konten utama

Jalan Hidup Seorang Pelacur (part 1)


    

    Orang-orang panggil saya Lis. Seorang jongos paruh baya dan pekerja kasar yang setiap hari datang kerumah satu dan kerumah lainnya untuk mengerjakan pekerjaan rumah orang-orang berduit. Saya punya satu anak perempuan cantik sekali campuran Indo-Perancis. Namanya Biana. Anak hasil perzinahan saya dulu ketika muda menjadi pelacur bayaran. 

    Dulu, ketika saya muda, pekerjaan utama saya adalah menjadi pekerja seks untuk pemuas nafsu orang-orang gila berduit. Hidup saya sedemikian sulit, hingga saya benar-benar bekerja sebagai pelacur yang dibayar. 

    Saya tidak punya orangtua, sudah lama ditinggalkan karena mereka gugur di medan perang. Sejak usia saya empatbelas tahun, saya sendirian dan tidak tahu harus berbuat apa. Kemudian tetangga saya menawarkan saya untuk ikut dia bekerja. Saya ikut saja saat itu. Dia Mina seorang perempuan enambelas tahun. Mina bilang, saya bekerja hanya untuk malam hari hingga fajar tiba, melayani tuan-tuan Eropa dan akan dibayar dengan harga sepadan. Saya ikut akhirnya.

    Pertama kali saya menjalani pekerjaan itu, saya hanya melihat-lihat banyak perempuan yang menempeli laki-laki Eropa sambil memegang segelas minuman ditangannya. Saya dan Mina disana hingga Mina ditarik tuan besar yang gemuk dan tinggi sekali badannya, sepertinya Mina sudah memulai pekerjaannya. Saya berdiam saja melihat orang-orang yang tampaknya senang sekali berada disini. Hingga satu ketika, ada satu orang mengajak saya ke kamar dan saya menurut. Saya bertanya apa yang harus saya perbuat, dia bilang cukup lakukan sesuatu yang bisa membuat saya senang. Akhirnya saya memijat punggungnya saja. Kemudian dia, sebut saja tuan Alex, memegangi tubuh saya. Saya merasa takut sekali dan mencoba sesekali menangkasnya, hingga dia benar-benar melucuti semua pakaian saya. Tidak ada kain yang tersisa dari badan saya.

    Kami berdua berada di satu ranjang dengan sama-sama tidak memakai pakaian. Telanjang. Aku menangis ingin pulang dan tuan Alex bilang ini menyenangkan, jadi janganlah menangis. Setelah sedikit reda tangisan itu, saya di tidurkan diatas ranjang yang empuk. Dia jatuhkan badannya diatas badan saya yang kurus ini. Dia menjilati payudara dan selangkangan saya. Dan saya tidak bisa melawan karena bobot tubuhnya yang besar dan kuat. Saya menahan tangis agar dia tidak marah. Dia terus melakukan itu hingga sesuatu masuk kedalam lubang kemaluan saya. Awalnya sakit sekali, benar-benar sakit, seperti di sileti kemaluan saya. Beberapa kali tuan itu mencoba dan gagal terus. Saya sangat kesakitan dan tidak dapat menahan rasa sakit itu sama sekali.

    Hingga akhirnya, sesuatu yang benar-benar menyakitkan, benda itu memasuki kemaluan saya dengan tergesa dan memaksa. Saya merasakan ada yang mengalir di bawahnya. Ternyata itu darah. Saya sangat ketakuan hingga hanya bisa terdiam lemas dan menangis sejadi-jadinya.

    Tuan Alex benar-benar membuat saya merasa tidak berdaya. Dan semua yang saya rasakan hanyalah sakit, tidak ada kesenangan sama sekali.

    Selesai tuan Alex menjamah badan saya, dia tidur sebentar disamping saya sambil memeluk saya hingga tertidur. Saya menangis lagi hingga rasanya ingin mati saja. Beberapa saat kemudian tuan Alex bangun dan memberikan saya kecupan terakhir beserta uang sekitar 2 gulden. Untuk tahun 1920 itu adalah jumlah yang besar untuk anak seusia saya.

    Hingga akhirnya hari-hari saya dibiasakan menjadi pekerja seks bayaran. Karena saya butuh uang untuk makan. Saat itu, saya sudah menjalaninya selama 3 tahun, dan sudah cukup banyak mengumpulkan pundi-pundi uang. Saya membeli perhiasan, menghias diri, merawat tubuh, sehingga jika nanti ada yang ingin saya puaskan, maka bayarannya harus tinggi. 

    Malam itu, saya kedapatan tamu dari Perancis. Namanya tuan Lebeau (dibaca Lubu). Dia tampan sekali, tingginya sekitar enam kaki (183 cm), bertubuh bugar, dan gondrong. Usianya sekitar tiga puluhan ke atas. Saya bertanya apa pekerjaannya dia bilang seorang pengusaha susu sapi peranakan Australia yang kantornya ada di Batavia. Kaya sekali dia.

    Dengan pengetahuan dan pengalaman selama tiga tahun belakangan, saya rasa bisa sekali untuk memuaskan tuan Lebeau, agar saya dapat uang yang lebih banyak lagi dari pengusaha ini.

    Saya melayaninya dengan penuh gairah. Memamerkan bentuk tubuh saya yang montok dengan pakaian dari kain sutra yang saya beli di pedagang Turki di pasar Senin.

    Dia kelihatannya suka sekali dengan penampilan saya. Hingga dia benar-benar menarik tubuh saya ke tubuhnya. Saling berbalut kulit dengan kulit. Dia mencumbu saya hingga basah dan sangat bergairah. Menciumi bibir saya yang tebal sambil meraba-raba tubuh saya yang lainnya.

    Saya berhasil memuaskannya hingga saya sadar bahwa tuan Lebeau mengeluarkan cairan itu didalam kemaluan saya. Setelah kelelahan, saya dan tuan Lebeau tidur hingga pagi.

    Bagi tuan yang saya layani, harga yang saya tawarkan adalah lima gulden untuk satu malam. Dan saya meminta dua kali lipat kepada tuan Lebeau menjadi sepuluh gulden. Dia benar-benar royal dan memberikan saya sepuluh gulden.

    Setelah melayani tuan Lebeau, saya tidak bekerja lagi selama satu bulan. Seminggu karena saya sakit meriang dan tiga minggunya saya merasa ada yang aneh dengan badan saya.

    Selama sebulan itu, saya merasa tidak enak badan, dan selalu merasa mual. Saya pikir hanya kelelahan saja dan butuh istirahat beberapa saat. Saya datang kerumah Mina bercerita soal sebulan ini apa yang badan saya keluhkan. Saat Mina pegang perut saya, dia bilang saya hamil. Saya tidak percaya dan minta diantarkan ke dukun beranak. Sesampainya di dukun itu, Mbok Uriah bilang saya benar hamil, dan kandungannya sudah berjalan tiga minggu.

    Saya rasa itu bukan pertanda baik, karena saya tidak bisa bekerja lagi seperti biasanya. Ingin saya gugurkan kandungan ini, dengan berbagai macam cara. Di usia tujuhbelas tahun saya sudah mengandung. Dan saya tidak siap menjadi ibu. Saya mencoba lain menggugurkannya dengan meminum racun, menonjoki perut saya sampai keluar darah dari kemaluan saya. Tapi anak didalam perut saya tetap tumbuh hingga saya benar-benar melahirkan anak tersebut, seorang perempuan. Saya beri nama Biana Lebeau, nama Perancis yang saya ambil dari darah bapaknya.

    Dia sangat cantik, matanya biru gelap, tidak coklat. Kulitnya putih seperti bapaknya, dan rambutnya pirang persis seperti bapaknya. Kelak dia juga akan tinggi seperti bapaknya.

    Saya mengurus An seorang diri dengan penuh perhatian dan kasih sayang. An adalah anak yang tidak banyak menangis. Setiap malam hari saya titipkan An kepada tetangga dekat saya, bu ququm. Saya bayar dia dengan uang hasil enjual diri seperti yang selama ini saya lakukan.

*

    Enambelas tahun setelahnya, saya memutuskan untuk berhenti bekerja menjadi pelacur. An hanya mengetahui saya bekerja malam dan pulang pagi. Tidak pernah bertanya apa yang sebenarnya saya kerjakan.

    Saya berhenti melacur dan mencari pekerjaan lain sebagai ...


Bersambung ...


___________________________________________________________________________________

TERIMAKASIH YANG SUDAH MEMBACA, DITUNGGU YAW PART II NYA 😗

Have a nice day y'all


Desclaimer:

gambar memiliki hak cipta 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAEyx9arEZb_zOjvZ5qpidPvqj1On_ShyHVpNB3ZpiOM0kyGwtEDOZGzaGOLXTkwNalKHo4x6AuoXn3KA5AXPWiEzTDGirDRjUWaZjJU3cKYBG3dr6dAJfm5L0MSAJq1Yvu8rNy0kh-r0K/s300/download.jpg

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bercinta dengan Jin Rasanya…

Desclaimer Cerita ini merupakan karangan penulis yang diambil dari kisah nyata seorang teman yang sudah di ilustrasikan dengan tambahan karangan cerita fiksi! _____________________________________________________________ ____________________               Saat malam suntuk, seluruh tubuh tidak bertenaga karena dikerah habiskan seharian di kampus mengerjakan tugas, menyusun laporan, membuat agenda, dan mengadakan rapat dengan organisasi. Rasanya badan ini hanya ingin benar-benar bersentuhan dengan kasur secepat mungkin.             Cepat-cepat ingin pulang ke kosan, waktu menunjukkan angka sebelas malam. Menunggu ojek online yang sebentar lagi tiba. Haduh, cepatlah Pak, rasanya lelah sekali seharian ini. Antar saya pulang, jika perlu berkebut-kebut dijalanan sampai saya tiba-tiba sudah didepan pagar kos.             Butuh waktu limabelas menit untuk tiba di kosan. Buka pintu pagar, kunci lagi, buka pintu kamar, tutup, kunci, menyalakan lampu, dan ahhh kasur buluk ku. Walaupun

Jangan Berhenti, Bacalah Ini

“Jika suatu hari wajahku membuatmu malas memandangku lagi, tingkahku membuatmu kesal, dan segalanya tentang diriku tidak lagi membuatmu merasa bahagia. Ingatlah bahwa dulu kau pernah sangat amat mencintaiku dan ego mu tidak pernah lebih besar daripada cinta yang pernah kau berikan untukku.” ————————— Waktu terasa padat juga singkat rasa-rasanya jika berada di suatu suasana yang membuat nyaman sekujur badan. Menjulurkan tulang-tulang kelelahan di atas kasur lapuk bersama kekasihku lalu berpelukan. Merasakan hangat dan bau badannya yang membekas di saraf otak.Tatap matanya dari dekat ditengah remang-remang lampu templok yang mengisi cahaya malam di dalam kamar pengap. Semua itu nyatanya tidak buruk dan tidak menjadi persoalan. selagi selalu ditemani dan selalu merasa cukup dengan kebahagiaan kecil di dalam rumah gubuk pinggir sungai. Rasanya akan menjadi kisah yang mengasyikan. Orang bilang hidup tidak hanya persoalan cinta. Memang betul. Materi juga perlu diperhatikan bukan? Cinta itu u

Rumah Tanpa Atap

-Cukupkanlah dirinya untuk membuatku ikhlas dalam mencinta- Ketika indra tak dapat menipu perasaan. Matanya selalu mengatakan "tidak ada yang dapat ku lakukan selain untuk menyayangimu".   Merasakan betapa nikmat dan bersyukurnya diri ini untuk selalu memandangi wajahnya yang rupawan. Di dalam ceritaku, tidak ingin ada kata bosan untuknya. Hanya ingin bersyukur sebesar-besarnya. Memang benar, rindu yang hebat tidak dapat terbalaskan kecuali dengan menyentuhnya, memeluknya erat hingga tercium aroma khas tubuhnya.  Bagaikan hari esok, penuh penantian dengan harapan-harapan baik. Jiwanya telah terpaut dengan jiwaku sedemikian rupa eratnya. Mimpi dan cita-cita yang satu padu memenuhi imajinasi tak terhingga untuk menjadikannya nyata. Sungguh nikmatnya cinta itu. Nikmatnya mencintai setiap bagian terkecil dari dirinya.  Dalam sujud, doa tak henti-hentinya ku panjatnya untuk keselamatannya.  Karena Menunggunya pulang adalah harapan. Mendengarkan ceritanya adalah hal yang menyenangk