Langsung ke konten utama

SKENARIO PALSU

Setiap detik yang ku habiskan setelah melewatkan masa "kita", setiap pagi yang perlahan membentuk aku yang baru, dan setiap kebiasaan mu yang menjadi kebiasaan baruku. Terimakasih, untukmu yang tidak pernah menjadi stasiun terakhir pemberhentianku. 

Sebuah dedikasi atas cerita yang tidak akan pernah dituliskan selain daripada pengalaman bersamamu. 

Kau sungguh seperti harum kopi yang membuatku candu. Kau juga seperti sebuah cita-cita yang akan selalu menjadi kabar favoritku.


Sebuah perjalanan singkat yang mengasingkan kita...


Pada mulanya, aku, kamu dipisahkan oleh sebuah alasan klasik. Bukan, itu bukan hanya sebatas alasan klasik. Kita benar-benar mengharapkan kebaikan dari pada itu.


Memang menyakitkan, sesak dan sangat menyiksa. Tapi, kita sudah sama-sama berjanji satu sama lain. Ingat bukan? Ketika aku mengatakan 'sudah sampai sini' dan kau balas dengan 'kita akan bertemu di waktu sekian dengan keadaan demikian menurut takdir Tuhan dan dengan versi kita yang sebaik-baiknya'. 


Dan akhirnya, aku me-iya-kan maksudmu, aku me-aamiinkan setiap bait akhir yang pernah kau katakan padaku. 


Tapi, di satu masa, aku dihancurkan oleh sebuah realita yang dulu aku takutkan. Pada kenyataannya, justru kau sendiri yang malah ingkar terhadap kata-katamu. Kau tidak bersungguh-sungguh, kau hancur dalam kenikmatan baru, kau runtuhkan pertahananmu, sedangkan aku tidak. Aku tetap pada pendirianku, aku tetap pada doa-doa ku untukmu, dan aku tetap menunggumu, hingga Tuhan berkata 'ya'. 


Kau tahu? Tuhan pun berkata 'tidak untukmu yang satu ini, biar ku gantikan dengan yang lebih baik jauh daripada yang kau sangka dan harapkan, dan teruskanlah perbaiki dirimu'.


Kau bahkan tidak merasa bersalah atas perbuatanmu itu, kau terlalu asyik dengan yang kau anggap cinta sejati mu itu, kau benar-benar gelap didalam kepalsuan. 


Maaf, aku tidak berusaha menarikmu kembali, karena aku meyakini, kau akan tetap pada dirimu, kau akan tetap pada pendirianmu, dan kau akan tetap seperti itu. 


Tetap saja, kau menganggap apa yang indah itu adalah benar-benar indah, padahal sesuatunya itu yang justu menyakitimu lagi. Yang akan terus menyakitimu tanpa pernah kau sadari bahwa dirimu sudah terluka banyak.


Aku berseru pada pikiranku sendiri. Semoga kau baik-baik saja dalam kepalsuan itu. Semoga ditambahkan rasa kuat atas hal buruk yang mungkin akan menimpamu suatu hari nanti.


Aku tidak ingin melihatmu gila. Aku cukupkan keburukan atas mu, dan aku ganti dengan sesuatu yang menenangkanmu. Kau tidak perlu tahu apa itu, jika kau bisa merasakannya. Itu sudah lebih dari cukup. 


Hingga suatu ketika aku berkata; aku dapat menghangatkamu. Tapi sekarang, sudah tidak bisa lagi. 


Aku mengadu pada-Nya,  aku menangis sesonggokan, aku meronta dijalan buntu, aku berhikmat khusyu. Ya Tuhan perihnya berharap selain daripadamu.

___________________

.

.

.

Thankyou yang sudah mampir 🖤

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bercinta dengan Jin Rasanya…

Desclaimer Cerita ini merupakan karangan penulis yang diambil dari kisah nyata seorang teman yang sudah di ilustrasikan dengan tambahan karangan cerita fiksi! _____________________________________________________________ ____________________               Saat malam suntuk, seluruh tubuh tidak bertenaga karena dikerah habiskan seharian di kampus mengerjakan tugas, menyusun laporan, membuat agenda, dan mengadakan rapat dengan organisasi. Rasanya badan ini hanya ingin benar-benar bersentuhan dengan kasur secepat mungkin.             Cepat-cepat ingin pulang ke kosan, waktu menunjukkan angka sebelas malam. Menunggu ojek online yang sebentar lagi tiba. Haduh, cepatlah Pak, rasanya lelah sekali seharian ini. Antar saya pulang, jika perlu berkebut-kebut dijalanan sampai saya tiba-tiba sudah didepan pagar kos.             Butuh waktu limabelas menit untuk tiba di kosan. Buka pintu pagar, kunci lagi, buka pintu kamar, tutup, kunci, menyalakan lampu, dan ahhh kasur buluk ku. Walaupun

Jangan Berhenti, Bacalah Ini

“Jika suatu hari wajahku membuatmu malas memandangku lagi, tingkahku membuatmu kesal, dan segalanya tentang diriku tidak lagi membuatmu merasa bahagia. Ingatlah bahwa dulu kau pernah sangat amat mencintaiku dan ego mu tidak pernah lebih besar daripada cinta yang pernah kau berikan untukku.” ————————— Waktu terasa padat juga singkat rasa-rasanya jika berada di suatu suasana yang membuat nyaman sekujur badan. Menjulurkan tulang-tulang kelelahan di atas kasur lapuk bersama kekasihku lalu berpelukan. Merasakan hangat dan bau badannya yang membekas di saraf otak.Tatap matanya dari dekat ditengah remang-remang lampu templok yang mengisi cahaya malam di dalam kamar pengap. Semua itu nyatanya tidak buruk dan tidak menjadi persoalan. selagi selalu ditemani dan selalu merasa cukup dengan kebahagiaan kecil di dalam rumah gubuk pinggir sungai. Rasanya akan menjadi kisah yang mengasyikan. Orang bilang hidup tidak hanya persoalan cinta. Memang betul. Materi juga perlu diperhatikan bukan? Cinta itu u

Rumah Tanpa Atap

-Cukupkanlah dirinya untuk membuatku ikhlas dalam mencinta- Ketika indra tak dapat menipu perasaan. Matanya selalu mengatakan "tidak ada yang dapat ku lakukan selain untuk menyayangimu".   Merasakan betapa nikmat dan bersyukurnya diri ini untuk selalu memandangi wajahnya yang rupawan. Di dalam ceritaku, tidak ingin ada kata bosan untuknya. Hanya ingin bersyukur sebesar-besarnya. Memang benar, rindu yang hebat tidak dapat terbalaskan kecuali dengan menyentuhnya, memeluknya erat hingga tercium aroma khas tubuhnya.  Bagaikan hari esok, penuh penantian dengan harapan-harapan baik. Jiwanya telah terpaut dengan jiwaku sedemikian rupa eratnya. Mimpi dan cita-cita yang satu padu memenuhi imajinasi tak terhingga untuk menjadikannya nyata. Sungguh nikmatnya cinta itu. Nikmatnya mencintai setiap bagian terkecil dari dirinya.  Dalam sujud, doa tak henti-hentinya ku panjatnya untuk keselamatannya.  Karena Menunggunya pulang adalah harapan. Mendengarkan ceritanya adalah hal yang menyenangk