Langsung ke konten utama

TENTANG SEBUAH KEMATIAN




Sebuah malam tanpa remangan bulan.


Kecelakaan besar untuk mu dan untuk ku. Sebuah dugaan yang melesat benar dan hampir saja membunuhku. Dugaan itu benar adanya, yang di perkuat oleh batin seorang wanita. Yang selalu mengandalkan apa yang hatinya ucapkan. Kemungkinannya adalah sebuah kebenaran. 


Benar, ternyata aku salah memilih jalan. Membiarkan pertahanan ini runtuh seketika. Semula bongkahan bata yang keras dan batu-batu kali yang menjadi fondasi bangunan itu runtuh berkeping-keping.


Rasanya seperti sebuah hujan besar yang tiada henti. Membuat ku kedinginan, ketakutan, kekhawatiran, dan sesak karna tidak dapat berbuat apa-apa. 


Tidak seharusnya apa yang sudah aku janjikan dengan Nya malah menjadi bumerang untuk diriku sendiri. Tidak seharusnya aku berani berbuat nekat hingga Dia marah dan kekecewaan-Nya jatuh kepadaku.


Sebuah harapan sebesar genggaman tangan menjadi awal permulaan yang fana. Yang disangka-sangka akan menjadi milikku rupanya tidak demikian adanya. Pertahan itu tidak ada lagi, yang ada hanya sisa sayatan-sayatan bercampur darah basi. 


Ku kira kau adalah tempat persinggahan terakhir. Ku kira kau adalah selimut, ku kira kau adalah apa-apa yang menguatkan ku.


Tiada terkira, semua itu lenyap di telan bumi. Sisa-sisa hanyalah sebuah kenangan yang tak pantas di kenang. Yang tak pantas ada di kepala. Yang tidak seharusnya memenuhi ruang kosong. 


Kemana perginya semua ini? Tidak tahu. Yang jelas apa yang dulu pernah ada dalam harapan, semua perlahan luntur hingga menguning. 


Semua-semua yang di doakan tidak menembus langit ke tujuh. 

Sampai akhirnya, dipasrahkan dan hanya sebatas pernah.

.

.

Thank you.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bercinta dengan Jin Rasanya…

Desclaimer Cerita ini merupakan karangan penulis yang diambil dari kisah nyata seorang teman yang sudah di ilustrasikan dengan tambahan karangan cerita fiksi! _____________________________________________________________ ____________________               Saat malam suntuk, seluruh tubuh tidak bertenaga karena dikerah habiskan seharian di kampus mengerjakan tugas, menyusun laporan, membuat agenda, dan mengadakan rapat dengan organisasi. Rasanya badan ini hanya ingin benar-benar bersentuhan dengan kasur secepat mungkin.             Cepat-cepat ingin pulang ke kosan, waktu menunjukkan angka sebelas malam. Menunggu ojek online yang sebentar lagi tiba. Haduh, cepatlah Pak, rasanya lelah sekali seharian ini. Antar saya pulang, jika perlu berkebut-kebut dijalanan sampai saya tiba-tiba sudah didepan pagar kos.             Butuh waktu limabelas menit untuk tiba di kosan. Buka pintu pagar, kunci lagi, buka pintu kamar, tutup, kunci, menyalakan lampu, dan ahhh kasur buluk ku. Walaupun

Jangan Berhenti, Bacalah Ini

“Jika suatu hari wajahku membuatmu malas memandangku lagi, tingkahku membuatmu kesal, dan segalanya tentang diriku tidak lagi membuatmu merasa bahagia. Ingatlah bahwa dulu kau pernah sangat amat mencintaiku dan ego mu tidak pernah lebih besar daripada cinta yang pernah kau berikan untukku.” ————————— Waktu terasa padat juga singkat rasa-rasanya jika berada di suatu suasana yang membuat nyaman sekujur badan. Menjulurkan tulang-tulang kelelahan di atas kasur lapuk bersama kekasihku lalu berpelukan. Merasakan hangat dan bau badannya yang membekas di saraf otak.Tatap matanya dari dekat ditengah remang-remang lampu templok yang mengisi cahaya malam di dalam kamar pengap. Semua itu nyatanya tidak buruk dan tidak menjadi persoalan. selagi selalu ditemani dan selalu merasa cukup dengan kebahagiaan kecil di dalam rumah gubuk pinggir sungai. Rasanya akan menjadi kisah yang mengasyikan. Orang bilang hidup tidak hanya persoalan cinta. Memang betul. Materi juga perlu diperhatikan bukan? Cinta itu u

Rumah Tanpa Atap

-Cukupkanlah dirinya untuk membuatku ikhlas dalam mencinta- Ketika indra tak dapat menipu perasaan. Matanya selalu mengatakan "tidak ada yang dapat ku lakukan selain untuk menyayangimu".   Merasakan betapa nikmat dan bersyukurnya diri ini untuk selalu memandangi wajahnya yang rupawan. Di dalam ceritaku, tidak ingin ada kata bosan untuknya. Hanya ingin bersyukur sebesar-besarnya. Memang benar, rindu yang hebat tidak dapat terbalaskan kecuali dengan menyentuhnya, memeluknya erat hingga tercium aroma khas tubuhnya.  Bagaikan hari esok, penuh penantian dengan harapan-harapan baik. Jiwanya telah terpaut dengan jiwaku sedemikian rupa eratnya. Mimpi dan cita-cita yang satu padu memenuhi imajinasi tak terhingga untuk menjadikannya nyata. Sungguh nikmatnya cinta itu. Nikmatnya mencintai setiap bagian terkecil dari dirinya.  Dalam sujud, doa tak henti-hentinya ku panjatnya untuk keselamatannya.  Karena Menunggunya pulang adalah harapan. Mendengarkan ceritanya adalah hal yang menyenangk