Sekarang Ia tahu, bahwa segala sesuatu tidak berjalan sesuai apa yang di usahakannya. Ia tidak mendapatkan apa yang di inginkannya, tetapi Tuhan memberikan apa yang Ia butuhkan.
Cukup sesekali Ia merengek minta-minta sampai akhirnya benar-benar dikabulkan. Nyatanya selepas itu, kabar duka menghampirinya. Ia di buat kecewa dengan pilihannya sendiri.
Sukurin, siapa yang suruh meminta-minta berlagak tahu bahwa itu yang terbaik.
Cukup sudah, Ia tidak meronta-ronta lagi dalam meminta, tetapi agak sedikit lebih kalem dan santai dalam ambisinya.
Pelan-pelan tapi pasti, satu-satu target dari ambisi yang menggebu-gebu siap Ia realisasikan. Dengan semangat seorang pemuda, Ia tidak mungkin lepas begitu saja. Apa itu nyerah? Tidak ada dalam kamusnya.
Seperti sebuah ancaman marah bahaya yang datang dari hutan belantara yang menghampiri tenda peristirahatannya.
Segala sesuatu dirasa berjalan baik, namun Ia lupa, bahwa segala sesuatu pasti ada titik dimana kejadian tidak terduga akan terjadi. Tetapi Ia lengah, dan ketar-ketir dalam menghadapi ancaman dari luar.
Tiba-tiba tenda itu di oyak-oyak hampir rusak seluruhnya. Ia ketakutan, dan tidak berani berbuat banyak. Tidak juga terfikir untuk melindungi dirinya sendiri dari ancaman harimau diluar tendanya itu.
Kemudian, dengan sikap tenang yang dia emban, Ia berhasil mengendalikan rasa paniknya seorang diri. Tidak ada orang diluar, jadi pikirnya, dirinya lah yang harus menghadapi ini sendiri. Apapun itu caranya. Tapi bagaimana?
Ia mulai membuat otaknya bekerja mendadak dan cepat. Ayo temukan ide! Serunya begitu.
Ahh, dia baru ingat, bahwa sebelum tidur Ia baru saja makan daging babi panggang, dan masih tersisa bagian pinggang sampai paha bawah yang sebenarnya disisakan untuk sarapannya esok pagi.
Mungkin daging babi panggang itu bukan rezkinya. Ia mencoba berpikir positif. Kemudian, perlahan di lemparnya daging yang berada tepat di pojok didalam tenda yang dekat dengan panci memasak.
Pikirnya, harimau mungkin mengerti maksud dari tujuan baiknya.
"Harimau, makan saja daging babi panggang ini, lebih enak dari daging manusia. Lemaknya babi lebih banyak dan gurih. Apalagi sudah aku tambahkan bumbu penyedap" katanya sambil melempar daging itu keluar.
Jadi, kini saatnya Ia keluar dari tenda. Ayo cepat, jangan buat kegaduhan. Jalan saja seperti biasa. Dan cepat menjauh dari harimau itu. Dan akhirnya Ia pun selamat dan menuju kembali kerumah tempat tinggalnya.
Semestinya, dia menyadari arti daripada pengalaman kisah hidupnya sendiri. Setidak-tidaknya membuat kesimpulan dan pelajaran yang dapat dipetik dari penggalan kisahnya tersebut.
Apapun yang terjadi. Bahaya apapun yang datang, dan seberat apapun cobaannya.
Tetaplah tenang, dan tenang, dan tenang sambil berfikir. Tidak ada gunanya memanjangkan kepanikan. Itu tidak akan membantu.
Setidak-tidaknya, pengalaman itu bisa membuatnya berpikir. Bahwa apapun yang menimpa dirinya. Selalu ada selamat dan selalu ada jalan untuk dirinya dan mereka yang menggunakan otaknya terlebih dahulu.
Tidaklah patut menyelesaikan masalah dengan kepala panas. Berbaik hatilah bagi mereka yang tenang.
Komentar
Posting Komentar