Langsung ke konten utama

Kalem


Sekarang Ia tahu, bahwa segala sesuatu tidak berjalan sesuai apa yang di usahakannya. Ia tidak mendapatkan apa yang di inginkannya, tetapi Tuhan memberikan apa yang Ia butuhkan.

Cukup sesekali Ia merengek minta-minta sampai akhirnya benar-benar dikabulkan. Nyatanya selepas itu, kabar duka menghampirinya. Ia di buat kecewa dengan pilihannya sendiri. 

Sukurin, siapa yang suruh meminta-minta berlagak tahu bahwa itu yang terbaik. 

Cukup sudah, Ia tidak meronta-ronta lagi dalam meminta, tetapi agak sedikit lebih kalem dan santai dalam ambisinya.

Pelan-pelan tapi pasti, satu-satu target dari ambisi yang menggebu-gebu siap Ia realisasikan. Dengan semangat seorang pemuda, Ia tidak mungkin lepas begitu saja. Apa itu nyerah? Tidak ada dalam kamusnya. 

Seperti sebuah ancaman marah bahaya yang datang dari hutan belantara yang menghampiri tenda peristirahatannya. 

Segala sesuatu dirasa berjalan baik, namun Ia lupa, bahwa segala sesuatu pasti ada titik dimana kejadian tidak terduga akan terjadi. Tetapi Ia lengah, dan ketar-ketir dalam menghadapi ancaman dari luar. 

Tiba-tiba tenda itu di oyak-oyak hampir rusak seluruhnya. Ia ketakutan, dan tidak berani berbuat banyak. Tidak juga terfikir untuk melindungi dirinya sendiri dari ancaman harimau diluar tendanya itu. 

Kemudian, dengan sikap tenang yang dia emban, Ia berhasil mengendalikan rasa paniknya seorang diri. Tidak ada orang diluar, jadi pikirnya, dirinya lah yang harus menghadapi ini sendiri. Apapun itu caranya. Tapi bagaimana?

Ia mulai membuat otaknya bekerja mendadak dan cepat. Ayo temukan ide! Serunya begitu.

Ahh, dia baru ingat, bahwa sebelum tidur Ia baru saja makan daging babi panggang, dan masih tersisa bagian pinggang sampai paha bawah yang sebenarnya disisakan untuk sarapannya esok pagi. 

Mungkin daging babi panggang itu bukan rezkinya. Ia mencoba berpikir positif. Kemudian, perlahan di lemparnya daging yang berada tepat di pojok didalam tenda yang dekat dengan panci memasak. 

Pikirnya, harimau mungkin mengerti maksud dari tujuan baiknya. 

"Harimau, makan saja daging babi panggang ini, lebih enak dari daging manusia. Lemaknya babi lebih banyak dan gurih. Apalagi sudah aku tambahkan bumbu penyedap" katanya sambil melempar daging itu keluar.

Jadi, kini saatnya Ia keluar dari tenda. Ayo cepat, jangan buat kegaduhan. Jalan saja seperti biasa. Dan cepat menjauh dari harimau itu. Dan akhirnya Ia pun selamat dan menuju kembali kerumah tempat tinggalnya. 

Semestinya, dia menyadari arti daripada pengalaman kisah hidupnya sendiri. Setidak-tidaknya membuat kesimpulan dan pelajaran yang dapat dipetik dari penggalan kisahnya tersebut. 

Apapun yang terjadi. Bahaya apapun yang datang, dan seberat apapun cobaannya. 

Tetaplah tenang, dan tenang, dan tenang sambil berfikir. Tidak ada gunanya memanjangkan kepanikan. Itu tidak akan membantu. 

Setidak-tidaknya, pengalaman itu bisa membuatnya berpikir. Bahwa apapun yang menimpa dirinya. Selalu ada selamat dan selalu ada jalan untuk dirinya dan mereka yang menggunakan otaknya terlebih dahulu. 

Tidaklah patut menyelesaikan masalah dengan kepala panas. Berbaik hatilah bagi mereka yang tenang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bercinta dengan Jin Rasanya…

Desclaimer Cerita ini merupakan karangan penulis yang diambil dari kisah nyata seorang teman yang sudah di ilustrasikan dengan tambahan karangan cerita fiksi! _____________________________________________________________ ____________________               Saat malam suntuk, seluruh tubuh tidak bertenaga karena dikerah habiskan seharian di kampus mengerjakan tugas, menyusun laporan, membuat agenda, dan mengadakan rapat dengan organisasi. Rasanya badan ini hanya ingin benar-benar bersentuhan dengan kasur secepat mungkin.             Cepat-cepat ingin pulang ke kosan, waktu menunjukkan angka sebelas malam. Menunggu ojek online yang sebentar lagi tiba. Haduh, cepatlah Pak, rasanya lelah sekali seharian ini. Antar saya pulang, jika perlu berkebut-kebut dijalanan sampai saya tiba-tiba sudah didepan pagar kos.             Butuh waktu limabelas menit untuk tiba di kosan. Buka pintu pagar, kunci lagi, buka pintu kamar, tutup, kunci, menyalakan lampu, dan ahhh kasur buluk ku. Walaupun

Jangan Berhenti, Bacalah Ini

“Jika suatu hari wajahku membuatmu malas memandangku lagi, tingkahku membuatmu kesal, dan segalanya tentang diriku tidak lagi membuatmu merasa bahagia. Ingatlah bahwa dulu kau pernah sangat amat mencintaiku dan ego mu tidak pernah lebih besar daripada cinta yang pernah kau berikan untukku.” ————————— Waktu terasa padat juga singkat rasa-rasanya jika berada di suatu suasana yang membuat nyaman sekujur badan. Menjulurkan tulang-tulang kelelahan di atas kasur lapuk bersama kekasihku lalu berpelukan. Merasakan hangat dan bau badannya yang membekas di saraf otak.Tatap matanya dari dekat ditengah remang-remang lampu templok yang mengisi cahaya malam di dalam kamar pengap. Semua itu nyatanya tidak buruk dan tidak menjadi persoalan. selagi selalu ditemani dan selalu merasa cukup dengan kebahagiaan kecil di dalam rumah gubuk pinggir sungai. Rasanya akan menjadi kisah yang mengasyikan. Orang bilang hidup tidak hanya persoalan cinta. Memang betul. Materi juga perlu diperhatikan bukan? Cinta itu u

Rumah Tanpa Atap

-Cukupkanlah dirinya untuk membuatku ikhlas dalam mencinta- Ketika indra tak dapat menipu perasaan. Matanya selalu mengatakan "tidak ada yang dapat ku lakukan selain untuk menyayangimu".   Merasakan betapa nikmat dan bersyukurnya diri ini untuk selalu memandangi wajahnya yang rupawan. Di dalam ceritaku, tidak ingin ada kata bosan untuknya. Hanya ingin bersyukur sebesar-besarnya. Memang benar, rindu yang hebat tidak dapat terbalaskan kecuali dengan menyentuhnya, memeluknya erat hingga tercium aroma khas tubuhnya.  Bagaikan hari esok, penuh penantian dengan harapan-harapan baik. Jiwanya telah terpaut dengan jiwaku sedemikian rupa eratnya. Mimpi dan cita-cita yang satu padu memenuhi imajinasi tak terhingga untuk menjadikannya nyata. Sungguh nikmatnya cinta itu. Nikmatnya mencintai setiap bagian terkecil dari dirinya.  Dalam sujud, doa tak henti-hentinya ku panjatnya untuk keselamatannya.  Karena Menunggunya pulang adalah harapan. Mendengarkan ceritanya adalah hal yang menyenangk