“Seorang terpelajar harus juga berlaku
adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan”
-Pramoedya Ananta Toer-
Menarik sekali jika
wawasan kita di isi dan dipenuhi oleh pengetahuan. Merujuk pada pengetahuan,
ilmu dapat di ambil dari berbagai macam jalan, cara dan kebiasaanya.
Telisik mengenai
pengetahuan, Indonesia negeri subur dan makmur yang kaya akan Sumber Daya Alam
dan Manusia yang luar biasa melimpahnya nyatanya tidak juga menjadikannya maju
ilmu pengetahuan.
Dari banyaknya sejarah
yang telah dilalui oleh pejuang, pendekar, pemuda-pemudi Indonesia yang berbudi
luhur, kemajuan akan ilmu pengetahuan nyatanya masih minim di nikmati oleh
khalayak anak bangsa.
Lihatlah bagaimana negeri
ini dengan orang-orangnya yang tidak takut mati melawan penjajahan dari
peperangan yang tiada hentinya berabad-abad silam. Mulai dari penjelajahan
Portugis, Inggris, invasi Jepang, dan perampasan juga kerusakan moral yang di
ajarkan oleh Belanda yang katanya bangsa Eropa yang paling maju ilmu
pengetahuannya kala itu.
Dari dulu, bangsa
Indonesia tidak lelah-lelahnya mempertahankan tanah ini dari perampasan bangsa
asing. Tokoh-tokoh paling berjasa yang pernah berdiri dan mengharumkan bangsa
Indonesia juga turut andil dalam mempertahankan tanah tercinta. Pemuka agama,
intelektual, bangsawan, bahkan rakyat jelata pun turun mengangkat senjata
mereka juga menumpahkan darah sampai titik pengorbanan terakhir.
Berbagai cara dilakukan
para tokoh agar bangsa ini tetap melestarikan manusia asli nenek moyang bangsa
Indonesia hingga ke generasi berikutnya.
Sejatinya, sorot utama
dari inti perjuangan bangsa Indonesia ialah para pemuda-pemudi intelektual yang
gigih menyebarkan semangat perjuangan. Melalui pendidikan salah satu
alternatifnya.
Ingat, bagaimana Jepang
sangat ketar-ketir jika mengetahui pribumi memiliki kecerdasan akan ilmu pengetahuan
yang justru nantinya dapat membahayakan kedudukan Jepang di Indonesia? Mereka
tahu, bahwa kaum intelektual tidak bisa mereka pengaruhi dan tidak juga dapat
di goyahkan pendiriannya untuk bangsa ini. Kaum intelektual pribumi sangat
ingin melepaskan bangsa ini dari cengkraman penjajahan bangsa lain. Segala cara
dilakukan, demikian pula strategi penguasaan taktik politik. Sehingga
terdengarlah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disiarkan di Rengasdengklok.
Juga Belanda, para koloni
yang mampu bertahan menjajah tanah ini selama kurang lebih tiga ratus lima
puluh tahun (menurut banyak buku sejarah). Juga membawakan dan menggunakan
hukum Belanda yang alih-alih malah merugikan pribumi itu sendiri di Hindia
Belanda. Memperbudak pribumi sebagai bangsa yang kedudukannya paling rendah di
banding Bangsa Eropa Belanda. Merauk kekayaan pribumi dengan menguasai wilayah
dan rempah-rempah yang mahal sekali harganya.
Mengapa mereka melakukan
hal demikian? Ya, di bawah tanah ini, tersimpan kekayaan yang tidak akan pernah
di miliki bangsa lain. Kekayaan yang tiada habisnya. Kekayaan yang di
anugerahkan Tuhan untuk sejahteranya bangsa pribumi.
Mereka iri, di bawah
tanah mereka tiada hal yang lebih berarti ketimbang apa yang tertimbun di bawah
tanah kita. Mereka bersusah payah mendapatkannya, oleh karena itu, mereka
menjajah! Perbuatan tiada ampun.
Lalu, kembali lagi kepada
pengetahuan. Sejatinya, pengetahuan merupakan buah dari majunya perabadan umat
manusia. Dimana suatu negara maju pengetahuannya, maju pula peradabannya.
Terciptanya sebuah
pengetahuan dapat di tarik dari pendidikan baik itu berbentuk moral, formal
atau pendidikan melalui lapangan atau jalanan. Atau orang juga mengatakan “saya
belajar dari pengalaman”.
Perkenalkan, Ki Hajar
Dewantara atau yang sering dikenal sebagai bapak pendidikan. Ia merupakan salah
satu kaum intelektual yang sangat berjasa dalam pendidikan di Indonesia.
Filososofi nya
terinspirasi dari riset pendidikannya terhadap kurikulum yang dibawakan oleh
Maria Montessori. Maria merupakan seorang pendidik, ilmuan, dan dokter
berkebangsaan Italia. Ajarannya mengajarkan dengan mengembangkan metode
pendidikan anak-anak dengan memberi kebebasan bagi mereka untuk melakukan
kegiatan dan mengatur acara harian.
Langkah yang di ambil
oleh Ki Hajar, Pertama; Tujuan pendidikan. Pendidikan menurutnya ditujukan
untuk memerdekakan manusia, yaitu selamat raganya dan bahagia hidupnya (survive
and happy). Lalu bagaimana caranya? Menurutnya dengan mengajarkan hal-hal
penting dan bermanfaat yang tidak atau belum pernah di ajarkan di sekolah. Kita
dapat menyebutnya “Man in the Street”.
Kedua, Peran pendidikan.
Menurutnya ada tiga hal utama dari peran pendidikan terhadap manusia. (1)
memajukan dan menjaga dunia, (2) memelihara dan menjaga bangsa, (3) memelihara
dan menjaga dunia. Ketiga hal tersebut merupakan sebuah kesinambungan yang
terdapat didalam Filosofi Trirahayu. Kehidupan harus lebih baik lagi.
Ketiga, Cara
merealisasikan. Menurutnya, teruntuk generasi muda yang memiliki bakat dan
kemampuan tak terbatas, pengembangan diri seharusnya dilakukan semaksimal mungkin.
Dengan demikian, pengembangan tersebut akan menghasilkan bibit-bibit unggul
didunia pendidikan khususnya bagaimana cara mereka memandang sesuatu sesuai
dengan logika yang sistematis. Dapat juga dengan memperbanyak referensi, baik
itu bacaan buku, mencoba hal-hal baru, atau diskusi yang berkualitas. Kuncinya
adalah optimis. Jiwa muda pantang pesimis.
Ki Hajar menyebutkan
pendidikan sebagai “TRIKON”. Kontinu yaitu pendidikan yang
berkelanjutan, Konvergen yaitu suatu ilmu datang dari berbagai macam
sumber, dan Konsentris yaitu sesuai dengan identitas diri/bangsanya.
Sumbangsihnya dalam
pendidikan Indonesia ialah dengan membangun Taman Siswa sebagai upaya
menyatukan seluruh rakyat Indonesia dalam bidang pendidikan dan politik. Dalam
membangun pendidikan Indonesia, Ki Hajar juga menggagas pentingnya peran guru
bagi bangsa dalam mengajarkan pendidikan dasar bagi siswanya.
Filosofi lain yang juga
dicetusnya ialah semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo, artinya menjadi
seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mbangun
Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu
membangkitkan atau menggugah semangat, dan terakhir Tut Wuri Handayani,
yaitu seorang dari belakang seorang pendidikan harus bisa memberikan dorongan
dan arahan.
Filosofi diatas mungkin
masih tetap di pegang teguh oleh banyak tenaga didik yang ada di negara ini,
tetapi mengapa makin kesini kemerosotan moral dan rendahnya literasi manusia
tentang ilmu pengetahuan semakin jelas terlihat? Apakah yang salah dari semua
itu?
Apakah sistem bobrok yang
semakin sulit dikendalikan mengambil alih semua-muanya yang bermutu baik?
Apakah tidak ada celah untuk menumpas itu semua?
Politik yang curang,
jahat dan tidak bermoral bahkan di gembur habis agar keinginan mereka tercapai
tanpa mengindahkan perilaku jujur dalam pikiran dan perbuatan? Cacat hukum,
korupsi, perbuatan tercela pemimpin negeri dan orang-orang berkuasa membuatnya
negeri ini hilang rasa malu.
Maka dapat diketahui
bahwa Sumber Daya Manusia negeri ini sangat mudah di goyahkan. Ibaratnya,
sekali sentil langsung jatuh. Memungkinkan juga bagi negara lain yang memiliki
kuasa penuh menjajah bangsa ini untuk yang kesekian kalinya. Mungkin kali ini
bukan dengan senjata, tetapi melalui teknologi dan juga budaya mereka. Permainan
otak lebih di utamakan dalam hal ini.
Pernah di cetuskan oleh Organisation
for Economic Co-operation and Development (OECD) bahwa kondisi pendidikan
Indonesia yang telah tertinggal seratus duapuluh delapan tahun. Bagaimana bisa?
Jelas bisa, masalah pendidikan saja belum usai diperbincangkan. Bagaimana tidak
Indonesia tertinggal sedangkan sistem pendidikan di negara ini saja belum merata
dan tersebar ke seluruh pelosok wilayah terdalam Indonesia.
Bagimana bisa seorang ahli
pengajar tidak didapatkan keistimewaan hak terhadapnya? Upah yang nyatanya masih
minim didapatkan apalagi untuk pengajar yang berstatus ‘honorer’. Merasa tidak
dihargai rasanya dengan upah sebercanda itu.
Juga pemerintah masih
berbelit terkait biaya pendidikan yang terlampau tinggi. Akses tersebut hanya
dapat di nikmati mereka yang berkecukupan harta sehingga dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kasihan bagi mereka yang mempunyai
potensi dan semangat belajar tetapi terhalang dengan dana.
Kualitas pendidikan yang
masih rendah menjadi masalah utama bagi pengajaran pendidikan di Indonesia. Khususnya
rendahnya kualitas guru dan prestasi mahasiswa yang masih dikotak-kotakan, serta
sarana dan prasana yang dirasa masih sangat kurang memadai.
Minat baca orang
Indonesia juga dikategorikan sangat rendah, hal tersebut malahan yang makin
memperburuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
Lalu, bagaimana merubahnya?
Siapa yang dapat disalahkan, dituntut dan di mintai pertanggungjawaban atas hal
ini?
Bagaimanapun juga, segala
sesuatu yang ingin di ubah dimulai dari diri sendiri. Aspek terpenting ialah mengolah
diri untuk lebih meningkatkan mutu ketimbang berkoar-koar sendirian menyalahkan
Pemerintah. Dengan melakukan upaya tersebut, kesadaran akan potensi diri lama-kelamaan
akan membentuk suatu pola yang menggambarkan individu yang berkualitas. Misalnya,
jika pendidikan merupakan suatu momok yang masih dirasa kurang memadai dan
tidak sebagus negara maju lainnya. Setiap orang yang menginginkan dan
mengharapkan perubahan yang progresif dapat melakukan suatu perubahan.
Diawali dari lingkungan,
pengawasan orangtua terhadap anaknya, penggunaan teknologi yang bijak, dan
minat membaca yang harus di tingkatkan. Upayakan melakukan hobi yang di sukai.
Peran Pemerintah ialah menyokong, membantu dan merealisasikan apa yang seharusnya dibutuhkan warga negaranya. Bukan malah mengkorupsikannya.
Pemerintahan yang baik adalah yang bertanggung jawab terhadap apa yang dibutuhkan masyarakatnya. Oleh karenanya, Pemerintah semestinya membuat regulasi mengenai ketetapan sekolah gratis tanpa pungutan biaya sepeser pun. Membuatkan perpustakaan umum, dan meringankan biaya pendidikan seminim mungkin. Apabila masyarakat sudah dipenuhi kebutuhannya, maka akan sangat memudahkan proses meregulasi ulang segala sesuai dengan peraturan yang menguntungkan masyarakatnya dan negara. Pun juga apabila masyarakat sudah sejahtera terutama di sektor pendidikan, kelayakan negara akan meningkat. Karena, pendidikan secara nyata akan merubah pola pikir orang ke arah yang lebih matang, rasional dan memperluas wawasan.
Jika hal ini dapat terwujud,
maka penulis akan senang sekali, karena perlahan negara ini akan berpindah
status menjadi ”negara maju” yang dipenuhi dengan para intelektual yang bertanggung
jawab dan visioner.
___________________________________________
terimakasih sudah berkunjung :)
Hadid
____________________________________________
Desclimer:
Gambar memiliki hak cipta.
https://pin.it/71AA1gF
Referensi : https://www.youtube.com/watch?v=MGYukPhVPDs (
Komentar
Posting Komentar