Langsung ke konten utama

If Someday You Will or Won't be Mine?

 



If someday…

If someday we made our plans, we made our dreams, and we bend it all. That’s alright. Not all of things should happened to us. You might be you, and I might be me.

If someday, you become a stranger in my stories, that’s fine. I still can remember you as my favorite person.

If someday, you still remember me as a nice guy in your past, I give you my thanks. I want to tell you that you are the nice one too.

I wish I could make it better. I wish.

I cried if my heart told me “do you love him?” Nothing i can say but I love him so much. Much more than I ever love some man.

You are my favorite sound, my favorite laugh, my favorite smile.

I’ve ever said to myself, “what if we’re not suppose to be together?” then I cried, I wish it won’t happen.

I saw you as i see my reflection. If you are good, im either.

We’re young, and we are falling in love. I love you and still love you honey.

Bagaimana jika aku menceritakan dirimu kepada cucuku dengan tangisan kebahagian, tetapi didalam ceritaku, kau bukanlah separuh diriku. Kau hanya orang yang pernah singgah dengan indah di dalam kisah masa muda ku?

Bagaimana jika aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa suatu saat nanti, yang berada di samping kasur bersamaku, yang selalu aku pandang pertama kali setelah diriku bangun tidur dan membuka mata itu bukanlah dirimu?

Bagaimana jika cerita-cerita apapun yang ingin ku sampaikan dari diriku termasuk sehabis membaca novel, itu bukan dari telingamu?

Bagaimana jika nanti, setiap hariku di penuhi tangisan karena kamu bukanlah orang yang menghabiskan hari-harinya bersamaku?

Bagaimana jika apapun yang ada pada dirimu, tidak bersamaku? Tidak lagi bisa aku rasakan hangatnya, tidak bisa lagi ku sentuh, dan tidak akan pernah aku dapatkan dari orang lain?

Bagaimana jika dirimu sakit, tetapi bukan tanganku sendiri yang merawatmu hingga kau sembuh dan kembali sehat?

Bagaimana jika patah hati terberatku adalah mengetahui bahwa kau menghabiskan setiap detik mu dengan orang lain, bukan diriku?

Bagaimana jika orang yang menghabiskan waktunya bersamaku hingga mati tahu bahwa aku tidak mencintainya? Melainkan mencintaimu saja?

Bagaimana jika setiap detiknya, ku habiskan dengan menyakiti diriku, pasanganku, anak-anakku, cucu-cucu ku bahwa aku tidak menginginkan mereka lahir dari dirinya, melainkan hanya ku inginkan dari dirimu seluruhnya!

Bagaimana jika tangan yang ingin ku ciumi setiap hari malah berada di bibir orang lain?

Bagaimana jika semua itu terjadi? Apakah aku akan gila, sakit, tidak bisa bersimpati lagi dengan oranglain yang bahkan benar-benar menyayangiku?

Jika aku ikhlas, ikhlas itu hanya ku amini dengan dirimu bersamaku selamanya.

Jika aku merelakan, rela itu hanya terjadi terhadap dirimu yang jatuh bangun bersamaku dalam kata “kita”

Ketika seribu ikatan itu sudah hampir terlepas semua dan hanya masih bertahan satu ikatan yang mengikatkan kita, pertahankan hingga kita mati.

Sanggupkah dirimu?

Jika ikatan itu lepas, maka lepas juga seluruh rasa dalam diriku. Tidak untuk dirimu, tetapi untuk orang lain.

Jika kau mau menghabiskan detik-detik harimu bersamaku, itulah yang ku harapkan.

Jika anak-anak, cucu-cucu ku tumbuh besar, itulah turunan darimu. Hanya dari dirimu.

Jika mereka ada, kau adalah orang yang paling berjasa membuat fisik dan hati ini benar-benar hidup dengan isi dan rasa yang penuh harapan akan dirimu.

Terimakasih, jika suatu saat itu ada…


________________________________________________________________________________________________

Terimakasih sudah baca :)

________________________________________________________________________________________________

Desclaimer

Gambar memiliki hak cipta 

link: https://pin.it/ddJXGgI


 


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bercinta dengan Jin Rasanya…

Desclaimer Cerita ini merupakan karangan penulis yang diambil dari kisah nyata seorang teman yang sudah di ilustrasikan dengan tambahan karangan cerita fiksi! _____________________________________________________________ ____________________               Saat malam suntuk, seluruh tubuh tidak bertenaga karena dikerah habiskan seharian di kampus mengerjakan tugas, menyusun laporan, membuat agenda, dan mengadakan rapat dengan organisasi. Rasanya badan ini hanya ingin benar-benar bersentuhan dengan kasur secepat mungkin.             Cepat-cepat ingin pulang ke kosan, waktu menunjukkan angka sebelas malam. Menunggu ojek online yang sebentar lagi tiba. Haduh, cepatlah Pak, rasanya lelah sekali seharian ini. Antar saya pulang, jika perlu berkebut-kebut dijalanan sampai saya tiba-tiba sudah didepan pagar kos.             Butuh waktu limabelas menit untuk tiba di kosan. Buka pintu pagar, kunci lagi, buka pintu kamar, tutup, kunci, menyalakan lampu, dan ahhh kasur buluk ku. Walaupun

Jangan Berhenti, Bacalah Ini

“Jika suatu hari wajahku membuatmu malas memandangku lagi, tingkahku membuatmu kesal, dan segalanya tentang diriku tidak lagi membuatmu merasa bahagia. Ingatlah bahwa dulu kau pernah sangat amat mencintaiku dan ego mu tidak pernah lebih besar daripada cinta yang pernah kau berikan untukku.” ————————— Waktu terasa padat juga singkat rasa-rasanya jika berada di suatu suasana yang membuat nyaman sekujur badan. Menjulurkan tulang-tulang kelelahan di atas kasur lapuk bersama kekasihku lalu berpelukan. Merasakan hangat dan bau badannya yang membekas di saraf otak.Tatap matanya dari dekat ditengah remang-remang lampu templok yang mengisi cahaya malam di dalam kamar pengap. Semua itu nyatanya tidak buruk dan tidak menjadi persoalan. selagi selalu ditemani dan selalu merasa cukup dengan kebahagiaan kecil di dalam rumah gubuk pinggir sungai. Rasanya akan menjadi kisah yang mengasyikan. Orang bilang hidup tidak hanya persoalan cinta. Memang betul. Materi juga perlu diperhatikan bukan? Cinta itu u

Rumah Tanpa Atap

-Cukupkanlah dirinya untuk membuatku ikhlas dalam mencinta- Ketika indra tak dapat menipu perasaan. Matanya selalu mengatakan "tidak ada yang dapat ku lakukan selain untuk menyayangimu".   Merasakan betapa nikmat dan bersyukurnya diri ini untuk selalu memandangi wajahnya yang rupawan. Di dalam ceritaku, tidak ingin ada kata bosan untuknya. Hanya ingin bersyukur sebesar-besarnya. Memang benar, rindu yang hebat tidak dapat terbalaskan kecuali dengan menyentuhnya, memeluknya erat hingga tercium aroma khas tubuhnya.  Bagaikan hari esok, penuh penantian dengan harapan-harapan baik. Jiwanya telah terpaut dengan jiwaku sedemikian rupa eratnya. Mimpi dan cita-cita yang satu padu memenuhi imajinasi tak terhingga untuk menjadikannya nyata. Sungguh nikmatnya cinta itu. Nikmatnya mencintai setiap bagian terkecil dari dirinya.  Dalam sujud, doa tak henti-hentinya ku panjatnya untuk keselamatannya.  Karena Menunggunya pulang adalah harapan. Mendengarkan ceritanya adalah hal yang menyenangk