Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Sophia

Dear lovely Sophia, be kind, and don't be too rude.  Sophia. Salah satu dari sekian kepribadian yang aku berikan nama. Sifatnya agaknya sedikit angkuh dan seenaknya. Dia selalu muncul kalau-kalau aku sedang sendiri di kamar. Sophia tidak berbahasa Indonesia. Dia berbahasa Inggris. Kalau aku sedang marah dan tiba-tiba berkata kasar dengan bahasa asing, berarti itu ulahnya Sophia.   Sophia yang aku lihat adalah sesosok pribadi yang cerdas. Fasih sekali berbahasa Inggris, apalagi jika berkata kotor dan mencela.  Aku suka dengan Sophia, karena dia sangat frendly dengan ku. Kadang, jika aku sedang tidak melakukan apa-apa, Sophia selalu mengambil peran dengan berbicara bahasa Inggris dan membicarakan Harry Styles dengan ku. Dia bilang, dia jatuh cinta sekali dengan Harry, dan berharap suatu saat aku bisa memegang cincin di jari-jari halusnya Harry.  Aku kadang suka malu sendiri, kalau berada di luar, dan tiba-tiba Sophia berontak ingin mengambil peran. Aku sebagai Hadid kadang tidak bisa

SKENARIO PALSU

Setiap detik yang ku habiskan setelah melewatkan masa "kita", setiap pagi yang perlahan membentuk aku yang baru, dan setiap kebiasaan mu yang menjadi kebiasaan baruku. Terimakasih, untukmu yang tidak pernah menjadi stasiun terakhir pemberhentianku.  Sebuah dedikasi atas cerita yang tidak akan pernah dituliskan selain daripada pengalaman bersamamu.  Kau sungguh seperti harum kopi yang membuatku candu. Kau juga seperti sebuah cita-cita yang akan selalu menjadi kabar favoritku. Sebuah perjalanan singkat yang mengasingkan kita... Pada mulanya, aku, kamu dipisahkan oleh sebuah alasan klasik. Bukan, itu bukan hanya sebatas alasan klasik. Kita benar-benar mengharapkan kebaikan dari pada itu. Memang menyakitkan, sesak dan sangat menyiksa. Tapi, kita sudah sama-sama berjanji satu sama lain. Ingat bukan? Ketika aku mengatakan 'sudah sampai sini' dan kau balas dengan 'kita akan bertemu di waktu sekian dengan keadaan demikian menurut takdir Tuhan dan dengan versi kita yang se

Puan Kesepian

SEPENGGAL PUISI   "Tatkala teduhnya sore hari berwarna jingga"-Hadid Disepanjang jalan, turut baliho memeriahi ruas jalan senggang  Tetap, hati terasa sepi Berita kalang kabut memenuhu timeline Tetap, notifikasi favorit tak urung jua Kamu yang hadir di mimpi Tak turut juga menjadi asli Beban berat yang di apit Tak kunjung jua terkuras Di dinding yang dingin, di lantai yang dingin Di kasur yang hangat, di pelukan yang hangat Guling, selimut, tetap yang menghangatkan Yang kala itu sangat di damba , kini acuh pun tidak Wajar yang dipaksa wajar Memahat memori yang tak kunjung sembuh Siksaan yang candu Tak jua berkesudahan Poles memoles senandung rindu Yang sepatutnya Puan tidak lanturkan  Sebatas ingatan yang memunculkan pilu membiru

Castiel, an Angel

Saat itu datang sesosok makhluk yang tidak aku kenali wujudnya. Perawakannya sungguh berbeda dari ciri diriku. Dia bercahaya dan sangat terang, dia mempunyai sayap yang sangat lebar dan dia sangat besar. Dia menyapaku. Saat itu aku sedang menangis tersedu, di depan teras rumahku. Keadaan di depan rumahku sangat gelap dan tidak ada orang. Aku berada di luar karena ibu memarahiku dan menyuruhku untuk tidur di luar tanpa selimut. Sosok itu berkata selamat malam anak baik, sedang apa kau di sini dan kenapa kau menangis. Aku tidak menjawab pertanyaan nya, karena aku tidak mengenal dia. Akhirnya aku tanyakan kembali. Pertanyaan aku saat itu sebagai seorang anak kecil berusia lima tahun. Kenapa kamu sangat terang? Dan dia menjawab karena ini merupakan wujud ku. Kenapa kamu punya sayap? Dan dia menjawab karena ini adalah kendaraanku untuk terbang ke sana kemari. Kenapa tubuhmu besar dan berbeda denganku? Karena kita diciptakan dengan zat yang berbeda. Kenapa dan kenapa selalu aku tanyakan namu

TENTANG SEBUAH KEMATIAN

Sebuah malam tanpa remangan bulan. Kecelakaan besar untuk mu dan untuk ku. Sebuah dugaan yang melesat benar dan hampir saja membunuhku. Dugaan itu benar adanya, yang di perkuat oleh batin seorang wanita. Yang selalu mengandalkan apa yang hatinya ucapkan. Kemungkinannya adalah sebuah kebenaran.  Benar, ternyata aku salah memilih jalan. Membiarkan pertahanan ini runtuh seketika. Semula bongkahan bata yang keras dan batu-batu kali yang menjadi fondasi bangunan itu runtuh berkeping-keping. Rasanya seperti sebuah hujan besar yang tiada henti. Membuat ku kedinginan, ketakutan, kekhawatiran, dan sesak karna tidak dapat berbuat apa-apa.  Tidak seharusnya apa yang sudah aku janjikan dengan Nya malah menjadi bumerang untuk diriku sendiri. Tidak seharusnya aku berani berbuat nekat hingga Dia marah dan kekecewaan-Nya jatuh kepadaku. Sebuah harapan sebesar genggaman tangan menjadi awal permulaan yang fana. Yang disangka-sangka akan menjadi milikku rupanya tidak demikian adanya. Pertahan itu tidak a

Dear pejuang Overthinking 2000, 2001, 2002, 2003.

Hai, bagaimana kabarnya? Masih stress ? Overthinking ? halusinasi? Atau sudah gila? Sampai memutuskan untuk mengakhiri hidup. Oh, atau ini, masih merasa tidak ada yang sayang kalian? Dan mungkin juga, apa masih merasa tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan tujuan terakhir adalah benar-benar mati? Kita sama. Berada di titik terendah yang sama. Dengan persoalan yang berbeda, dengan kesakitan yang sama-sama dalam. Ingat kan, kita ini petarung? Yang sudah berhasil mengalahkan ribuan bahkan ratusan juta sperma lain yang berusaha masuk ke dinding rahim ibu kita. Yang bisa bertahan selama sembilan bulan di dalam perut ibu. Yang tetap hidup saat lahir ke dunia. Masih merasa kurang kuat? Yang masih tetap haha hihi setelah dimarahin ibu. Yang masih tetap ketawa sehabis mendengar pertengkaran orang-orang dirumah, yang masih tetap santai walau tugas di kejar deadline, yang masih tetap nyengir walaupun tahu kalau omongan doi tidak bisa di percaya. See ? Sekuat itu kalian. Kita tahu, sema

Jalan Hidup Seorang Pelacur (part 1)

          Orang-orang panggil saya Lis. Seorang jongos paruh baya dan pekerja kasar yang setiap hari datang kerumah satu dan kerumah lainnya untuk mengerjakan pekerjaan rumah orang-orang berduit. Saya punya satu anak perempuan cantik sekali campuran Indo-Perancis. Namanya Biana. Anak hasil perzinahan saya dulu ketika muda menjadi pelacur bayaran.       Dulu, ketika saya muda, pekerjaan utama saya adalah menjadi pekerja seks untuk pemuas nafsu orang-orang gila berduit. Hidup saya sedemikian sulit, hingga saya benar-benar bekerja sebagai pelacur yang dibayar.       Saya tidak punya orangtua, sudah lama ditinggalkan karena mereka gugur di medan perang. Sejak usia saya empatbelas tahun, saya sendirian dan tidak tahu harus berbuat apa. Kemudian tetangga saya menawarkan saya untuk ikut dia bekerja. Saya ikut saja saat itu. Dia Mina seorang perempuan enambelas tahun. Mina bilang, saya bekerja hanya untuk malam hari hingga fajar tiba, melayani tuan-tuan Eropa dan akan dibayar dengan harga se